Pengalaman

Akad nikah dan amanah besar…

بَارَكَ اللهُ لَكُمَا وَبَارَكَ عَلَيْكُمَا وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِيْ خَيْرٍ

Barakallahu lakumaa wabaaraka ‘alaikumaa wajama’a bainakumaa fii khair

Semoga Allah memberkahi kalian dan melimpahkan barokah atas kalian dan mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan

Tepatnya hari sabtu, 3 September 2011 bertepatan dengan 5 Syawal 1432H adalah hari yang entah mengapa jantung saya ber-dag-dig-dug lebih kencang. Sekitar pukul 10:30 WIB, saya mengqobulkan ijab yang diucapkan ayahanda dari calon istri saya lewat lisan bapak penghulu. “Saya terima nikah dan kawinnya, Rina Puji Astutik binti Supriyanto dengan mas kawin cincin emas 3 gram dibayar tunai.” Sebenarnya kalimat qobul yang selama ini saya latih bukan seperti itu, melainkan seperti ini: “Saya terima nikah dan kawinnya, Rina Puji Astutik binti Supriyanto dengan mahar buku Fiqih Wanita karangan Syeikh Ibrahim Muhammad al-Jamal dan cincin emas 3 gram dibayar tunai.” Namun, saran dari Pak Uztad adalah tidak disebutkan mahar yang berupa buku, karena ada khilafiyah (perbedaan pendapat) di kalangan ulama mengenai buku atau seperangkat alat sholat sebagai mahar. Padahal, justru buku itulah yang diminta calon istri saya pada saat khitbah. Kemudian untuk kata “mahar” diganti dengan “mas kawin” adalah permintaan pak penghulu. Semoga tidak mengurangi keabsahan ijab-qobul saat itu.

Alhamdulillah, setelah itu saya resmi menyandang gelar suami dari seorang wanita yang bernama Rina Puji Astutik. Alhamdulillah, amanah besar ini saya terima. Menjadi seorang suami, kepala rumah tangga, imam dan nahkoda bahtera rumah tangga adalah amanah besar. Butuh keberanian dan ilmu yang tidak main-main saat menerimanya. Dengan nama Allah, saya ikhlas menerima tanggung jawab ini. Saya yakin, ujian sudah menanti kami di depan. Namun semoga Allah senantiasa bersama kami untuk menguatkan bahtera ini menerjang ombak ujian dan badai cobaan yang menghadang. Allahuakbar, kami siap berlayar!

Alhamdulillah, secara garis besar acara pernikahan kami lancar. Akad nikah dilakukan di masjid Baitul Makmur, dekat rumah orang tua istri di Desa Kebonagung, Kec. Tegowanu, Kab. Grobogan, Jawa Tengah. Semoga nama masjidnya mengandung doa untuk rumah tangga kami, menjadi baitul makmur (rumah yang makmur). Sangat sederhana, saya bilang, dan memang sengaja kami berdua meminta para orang tua untuk menyederhanakan acara pernihakan kami. Akad nikah dibuka dan dibawakan oleh Pak Lurah setempat, dilanjut pembacaan ayat suci Al Qur’an berkenaan dengan pernikahan, penyerahan mahar kepada wali nikah sang istri, dan langsung kepada inti yakni akad nikah, serta acara sungkem kepada orang tua. Dilanjut acara walimatul ursy di rumah mertua. Entah mengapa langsung ke acara makan-makan, baru kemudian pembukaan oleh Pak Lurah dan sesi penyerahan diri saya kepada keluarga mertua secara lisan. Baru kemudian penutupan walimatul ursy. Alhamdulillah tamu yang datang terpisah antara yang laki-laki dan perempuan. Setelah itu saya ditinggalkan oleh rombongan keluarga saya di rumah mertua. Disinilah waktu terasa begitu lambat. Gerogi sudah pasti, karena memang ini adalah kali kedua saya berada di rumah mertua. Asing rasanya, namun inilah saatnya mengenal keluarga istri saya. Lama-lama suasana cair dapat kurasakan. Dan ternyata, keluarga mertua saya lucu-lucu.

Tips bagi sahabat yang akan melangsungkan pernikahan dan walimatul ursy, tak ada salahnya bila dilakukan gladi resik dan printout susunan acara, kalau perlu ditulis kalimat-kalimat yang akan disampaikan saat acara berlangsung, meskipun acaranya sangat sederhana seperti saya. Karena saya merasakan sendiri kekurangrapian acara saat tidak ada prosedur tertulis. Namun saya tetap bersyukur karena acara berlangsung dengan lancar, terimakasih kepada Bapak mertua sekeluarga.

Kesederhanaan acara kami dapat dilihat dari tidak adanya dekorasi singgasana pengantin, atau kostum pengantin yang berbeda tiap sesi, atau petugas dokumentasi video dan fotograper profesional. Dan inilah yang saya inginkan, alhamdulillah. Dokumentasi hanya berupa foto yang diambil dari kamera digital sederhana oleh anggota keluarga. Bagi yang pengen lihat, berikut saya pampangin foto-foto yang terpilih (karena banyak foto yang kualitasnya kurang bagus dari segi ilmu perfotoamatiran):

Rombongan dari Tegal (keluarga musyrif)

Rombongan dari Kediri (keluarga dan kerabat)

Detik-detik terakhir menjomblo

Tampak menyeluruh (di dalam masjid)

Oke, karena sudah ijab qobul, sekarang boleh berdekatan jarak (pamer buku nikah)

Pelukan hangat simbok (jangan nangis dong, Mbok!)

Pak, maafkan anakmu yang kini sudah beristri

Momen jalan bareng untuk pertama kalinya, itupun tanpa pegangan tangan (foto sengaja tampak gelap, natural)

Terimakasih sudah sudi mampir dan melihat foto-foto pernikahan kami. Semoga yang belum nikah segera ketularan ya, dan yang sudah nikah semoga jadi pemicu nostalgia pernikahannya.

13 thoughts on “Akad nikah dan amanah besar…

  1. Barakallahu lakumaa wabaaraka ‘alaikumaa wajama’a bainakumaa fii khair,, Om Niko,, dan Barokallohu atas kehamilan tante Tutik ya,, Semoga Alloh mudahkan kehamilannya.

    terimakasih sudah silaturahim ke blog kami,, kita sama sama belajar ya om,,
    sama sama belajar jadi orang tua (dan yang sedang bersiap siap menjadi orang tua,,), karena menjadi orang tua itu anugrah, Alhamdulillah,, bukan hanya sekedar menjalankan takdir kodrati dan harus dijalankan dengan sadar,, (ini sebenernya patokan untuk diri sendiri kok,,)

    salam kenal untuk tante Tutik,, semoga silaturahimnya manjang ya,,,

    1. Wah, syukron jazakillah bundanya azzam! Kami segera menyusul nih insya Allah. Pastinya saya beserta istri akan sangat membutuhkan ilmu-ilmu dalam mendidik jundi-jundi kami nantinya. Terus berbagi ilmunya, ya bundanya azzam! Salam ukhuwah, semoga bisa manjang silaturahimnya, aamiin..

  2. Met ultah perkawinan, bro, sangat inspiratif. Saya terharu pas lihat foto berpelukan sama simbok, mengingatkan momen saya menjelang berangkat ke Bandara. Saya menikah ke negeri seberang berangkat sendiri soalnya.

      1. secara fisik aku sendiri, mas bro, tapi aku bersama doa orangtua, doa saudara seiman, saudara seperjuangan plurk 🙂

Leave a comment